OM SRI SAIRAM

OM SRI SAIRAM........

Rabu, 29 Desember 2010

Siapakah yang Disebut Hindu?



Pertama-tama kita harus memahami bahwa Hindu merupakan jalan rohani yang mendasarkan dirinya pada otoritas Veda. Jadi semua pemeluk Hindu harus menerima Veda sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran tertinggi atau pramana. Semua umat Hindu harus dengan segala daya upaya mencapai tataran spiritual yang sudah diberikan oleh Veda. Dengan kata lain mereka menerima teologinya, sistem etika, dan nilai-nilai moralnya. Mereka juga harus mengikat-kan diri secara spiritual dengan para pelindung Vedadharma, seperti para guru, siddha, rishi, dan deva Hindu. Dalam batasan tertentu adat istiadat dan nilai-nilai budaya asli, apalagi yang sejalan dengan ajaran Veda, memperoleh tempatnya dalam Hindu. Yang terpenting adalah mereka bersedia mengikatkan diri, menetapkan komitmen rohani menerima ajaran Veda, dan menerima konsep-konsep Veda dalam menjelaskan tradisi relijius yang mereka terapkan.
Kita harus membedakan umat Hindu dengan orang yang merasa mendapatkan manfaat dari ajaran Hindu. Saat ini pemikiran Vedanta, yoga, dan banyak aspek-aspek ajaran Hindu lainnya telah dipelajari dan dipraktekkan oleh mereka yang tidak secara resmi menyatakan diri Hindu. Semua orang memang bisa memperoleh berbagai manfaat dari ajaran Veda, dan Hindu tidak melarang siapapun untuk mendapatkannya. Akan tetapi tidak begitu saja menjadikannya seorang Hindu, pengikut Veda, atau Sanatana Dharmi. Orang-orang seperti Schopenhauer, Emerson, Muller, dan sebagainya, sekalipun telah mempelajari teks-teks Veda, bahkan mungkin sudah menerima atau meyakini sebagian darinya tidak bisa dikatakan umat Hindu. Sepanjang hidupnya mereka belum pernah menetapkan komitmen untuk menerima Veda sebagai sumber kebenaran atau pramana tertinggi.
Beberapa agama yang ada di dunia sekarang telah mengembangkan konsep ketuhanan yang sama sekali berbeda dengan Veda. Mereka juga menetapkan tujuan akhir yang berbeda. Para umat agama-agama ini tentu tidak bisa disebut Hindu, dan umat mereka yang mempelajari Hindu atau mendapatkan manfaat dari ajaran Hindu, selama tidak memutuskan ikatannya dengan agama-agama ini tentu juga tidak bisa disebut umat Hindu.
Sampai saat ini kita sudah menyimpulkan bahwa Hindu adalah Vaishnava, Saiva, Sakta, dan Smarta beserta semua cabang yang berafiliasi ke dalamnya dan berbagai ordonya. Tradisi rohani yang memiliki konsep spiritualisme sama dengan salah satu dari keempatnya, memiliki teologi yang sama, sekalipun telah mengambil bentuk lahiriah yang berbeda, dan kembali bersedia menerima Veda sebagai pramana, dapat disebut Hindu.
Sebagai contoh di Borneo, Indonesia ada yang disebut tradisi rohani Kaharingan. Mereka menyebut Tuhan dengan nama non-Sanskrit yang tidak dikenal dalam Veda. Tetapi konsep ketuhanan mereka sesuai dengan Veda. Mereka juga menerapkan prinsip-prinsip relijius dan nilai-nilai yang sama dengan Veda. Di Maharastra, Tuhan disebut dengan nama lokal Vittobha dan shakti-Nya disebut Rakhuma. Kedua nama ini tidak ditemukan dalam Veda. Nama Tuhan Jagant Kitung dalam kepercayaan suku di Orissa juga tidak ditemukan dalam Veda. Tetapi mereka menyatakan konsep ketuhanan yang sama dengan Veda. Mereka bisa diterima sebagai sebagai bagian dari Hindu. Apabila mereka lebih lanjut secara resmi menetapkan komitmennya untuk menerima Vedadharma, maka sudah dipastikan mereka adalah Hindu.

Umat Hindu dari berbagai bangsa dan budaya: Para Srivaishnava dari India Selatan
Seorang ibu-ibu Goudiyavaishnava dari Manipur

Umat Hindu di Bali
Seorang Hindu adalah dia yang tidak lagi merasa agamanya sebagai sebuah tradisi kuno yang ketinggalan jaman. Bukan sekedar sebuah warisan nenek moyang penuh ketakhayulan yang harus dilestarikan. Bukan saja sebuah fosil peradaban manusia yang hanya dapat dibanggakan keunikannya. Bukan menjadi Hindu hanya karena terlahir demikian. Dia adalah seseorang yang paham betul bahwa Hindu sesungguhnya adalah salah satu jawaban terbaik yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan rohani umat manusia. Mengerti bahwa Veda adalah penuntun dan pengetahuan yang selalu ada sepanjang masa dan selalu penuh kesegaran.
Dia sepenuhnya menerima Veda, yang telah membangun sebuah jalan yang bersifat satyam, sivam, sundaram, shanti, dan santosham. Satyam karena dia berdiri di atas dasar kebenaran yang nyata, mengajarkan kebenaran, dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sivam karena dia memberikan kesucian dan kemujuran. Dia tidak memaksa seseorang menjadi suci, tetapi membangun kesucian itu dari dalam, membuat masyarakat menjadi suci dengan sendirinya. Dia membawa kemujuran dan manfaat secara lahiriah maupun rohaniah bagi semua umat manusia tanpa diskriminasi. Sundaram karena dia membangun segalanya dalam keindahan, mengubah sensasi duniawi menjadi keindahan rohani yang menarik hati. Seseorang tak mampu berpaling darinya bukan karena terikat atau terpaksa, tetapi karena telah jatuh cinta. Shanti karena dia memberikan kedamaian bukan saja bagi umatnya saja tetapi juga kepada semua makhluk hidup. Kehidupan yang selaras dengan alam semesta selalu menjadi perhatian dalam Hindu. Santosham karena dia selalu berusaha memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada semua orang. Dia menerapkan Ahimsa, prinsip tidak menyakiti, salah satu ajaran Hindu yang terpenting. Hindu tidak memaksa orang untuk berubah sehingga tidak akan membuat gangguan yang tidak perlu. Hindu membantu membangkitkan dan membangun potensi sejati dalam diri.
Seorang Hindu sejati memahami prinsip-prinsip ini, menerapkannya, dan selalu menghadirkannya dalam kehidupan. Seorang Hindu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, bahwa setiap proses disiplin rohaninya (sadhana) mampu meningkatkan kualitas baik setiap orang. Dia tunduk kepada hukum, menjauhi perbuatan berdosa, tanpa merasa terpaksa, tetapi karena dia suka hidup dalam keteraturan dan kesucian yang demikian itu. Dia mampu melihat dan memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya, namun tidak secara sengaja mencari-cari kesalahan orang lain serta menghakiminya. Inilah sebagian kualitas Hindu yang kita harapkan dapat tercermin dari setiap orang yang memilih Hindu, Sanatana Dharma, sebagai penuntun hidupnya. Seorang Hindu adalah manusia yang tidak memberikan kesusahan pada makhluk lain dan gangguan terhadap keselarasan alam semesta. Orang seperti ini boleh disebut umat Hindu sejati.
Seorang Hindu diharapkan tidak sekedar mempelajari agamanya dengan membaca buku saja, lalu mengulanginya seperti burung beo. Dia hendaknya dengan serius menekuni jalan yoga apapun yang sesuai dengan dirinya dan melaksanakan penyerahan diri ke dalam proses sadhana yang diyakininya paling tepat. Bagi seorang Hindu sraddha atau keyakinan yang kuat, harus selalu disertai pengamalan ajaran dharma sesempurna mungkin. Perbuatan itu sendiri akan mencerminkan kebenaran dari keyakinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar